Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah akhir-akhir ini. Penyebabnya ditengarai adalah kekeringan pasokan valuta asing (valas) di dalam negeri.
Dalam sebulan terakhir, mata uang Tanah Air melemah 0,17% terhadap dolar AS secara point-to-point. Sepanjang 2022, depresiasinya mencapai 4,42%.
Pelemahan mata uang suatu negara terjadi kala permintaan terhadap valas tinggi. Di sisi lain, ketersediaan valas di dalam negeri terbatas.
Inilah yang sedang terjadi di Indonesia. Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), menyebut Indonesia tengah menghadapi arus modal keluar (capital outflow) di pasar keuangan akibat ketidakpastian ekonomi global.
"Tahun lalu (arus modal keluar) Rp 85 triliun. Tahun ini, year-to-date, sudah Rp 134 triliun," ungkap Destry.
BI mencatat arus modal keluar didominasi oleh obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN). Per 1 September, investor asing membukukan jual bersih (net sell) Rp 131,96 triliun di pasar SBN pada 2022. Sedangkan di pasar saham masih ada beli bersih (net buy) Rp 66,06 triliun.
I have a blog to share knowledge with you and the latest news

Penjara 20 Tahun-Denda Rp 100 M
Sikap The Fed yang Hawkish Berdampak ke Harga Emas Hari Ini
Longsor Tutup Jalan Alternatif Bogor-Sukabumi di Cigombong
Potret Siswa SDN Nainefo NTT yang Butuh Uluran Tangan
Respons Jemaah soal Biaya Haji Diusul Naik