Home News Market Teknologi Treveling Finance JASA
Nature

Cegah 'Kiamat Mata Uang', Bank Sentral Jepang Beraksi!

aris, 2022-09-15

Nilai tukar yen Jepang melesat nyaris 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke JPY 143,15/US$ pada perdagangan Rabu (14/9/2022) kemarin. Sebelum menguat, yen sempat menyentuh JOY 144,95/US$ yang merupakan level terlemah dalam 24 tahun terakhir.

Pada perdagangan Kamis (15/9/2022), yen berada di kisaran JPY 143,14/US$ pada pukul 9:12 WIB.

Penguatan yen terjadi setelah bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) beraksi. AFP yang mengutip harian Nikkei menyatakan BoJ melakukan "rate check", yang sering dilihat sebagai awal sebelum melakukan intervensi mata uang.

"Rate Check dilakukan salah satunya dengan bertanya kepada pelaku pasar mengenai transaksi valuta asing mereka. Pada dasarnya ini adalah peringatan, sebelum melakukan intervensi ketika nilai tukar berfluktuasi," kata Toshikazu Horiuchi, dari IwaiCosmo Securities, sebagaimana dilansir AFP, Rabu (14/9/2022).

Kurs yen yang merosot tajam bisa menguntungkan bagi perekonomian Jepang, ekspor bisa melonjak signifikan. Tetapi di sisi lain, inflasi berisiko melesat tinggi yang bisa menjadi masalah serius, apalagi jika sampai mendarah daging.

Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki kemarin mengatakan pelemahan yen "sangat cepat dan satu sisi". Ia menambahkan intervensi mata uang menjadi salah satu pilihan pemerintah jika pergerakan tersebut berlanjut.

Ban sentral AS yang diperkirakan semakin agresif menaikkan suku bunga, sementara BoJ masih mempertahankan kebijakan ultralonggar membuat yen terpuruk.

BoJ kini menjadi satu-satunya bank sentral utama yang belum mengetatkan kebijakan moneternya. Sebelumnya ada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang masih alam menahan suku bunganya, tetapi kini sudah berubah menjadi agresif.

Bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini masih mempertahankan suku bunga sebesar minus (-) 0,1%, dan yield curve control (YCC), di mana obligasi tenor 10 tahun imbal hasilnya dijaga dekat 0%.

Dengan kebijakan YCC, ketika imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menjauhi 0%, maka BoJ akan melakukan pembelian. Artinya, "menyuntikkan" likuiditas ke perekonomian.

"Kondisi ekonomi saat ini tidak menjustifikasi perubahan kebijakan ultra longgar," tambah sumber tersebut.

Sementara itu bank The Fed diperkirakan bisa menaikkan suku bunga 100 basis poin pekan depan, setelah rilis data inflasi yang masih tinggi.

Hal ini terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat probabilitas sebesar 67% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, dan probabilitas sebesar 33% untuk kenaikan 100 basis poin.

Sumber : cnbcindonesia


FO4ARI

I have a blog to share knowledge with you and the latest news


Nature


Didukung Oleh Investing.com

Widget Ringkasan Teknikal Didukung oleh Investing.com Indonesia