Amerika Serikat (AS) kembali menjadi perhatian dunia setelah realisasi inflasi diumumkan sebesar sebesar 8,3% year-on-year/yoy, atau lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.
Bagaimana dengan Indonesia?
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan inflasi Indonesia memang sudah turun, dari 4,94% menjadi 4,69% pada Agustus 2022. Akan tetapi level tersebut masih cukup tinggi.
"Inflasi 4,69%, masih tinggi," ungkapnya dalam rapat koordinasi pusat dan daerah pengendalian inflasi 2022, Rabu (14/9/2022)
Tingginya inflasi dikarenakan kenaikan harga komoditas pangan yang suli diredam. Hingga Agustus, inflasi pangan mencapai 8,93%. "Harga pangan bergejolak harus turun ke level 5-6%," jelasnya.
Sementara itu inflasi inti masih terjaga pada level sekitar 3%. Menurut Perry ini menjadi pertanda bahwa daya beli masyarakat masih cukup terjaga.
Hanya saja, beberapa pekan lalu pemerintah mengambil kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), jenis Pertalite, Solar dan Pertamax. Tentu saja dapat mendorong inflasi ke depannya.
Pemerintah pusat sudah memberikan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat miskin dan pekerja serta transportasi melalui pemerintah daerah.
"Ini harus dijalankan agar dampak rembetan bisa dikendalikan. Kalau ini bisa tentu saja dampak selanjutnya harga pangan yang lain yang mempengaruhi daya beli itu bisa dikendalikan," pungkasnya.
Sumber : cnbcindonesia
I have a blog to share knowledge with you and the latest news